Budaya + Teknologi = ?

Print Friendly and PDF 0 Viewers
Berawal dari timeline instagram @kominfodiy yang memposting informasi lomba pagelaran TIK 2019 dengan hadiah total 71 Juta saya tergerak untuk mengikuti salah satunya yakni Lomba Blog Pemanfaatan Teknologi Informasi untuk Memperkuat Akar Budaya Lokal. Bagaimana tidak, hadiah sebesar itu akan terasa mewah bagi saya yang notabene anak kos pejuang akhir bulan untuk bisa makan enak wkwk. 

Eitss tapi tunggu dulu, dalam lomba ini kita ditantang untuk menuliskan seperti apa sih pemanfaatan teknologi informasi dalam memperkuat akar budaya lokal. Baiklah saya terima tantangan ini dan untuk menyelesaikannya saya akan meminta bantu Mbah saya.

1. "Mbah Google Tolong Bantu Aku ..!"

Yap di era teknologi informasi seperti sekarang ini ketika kita ingin mencari sesuatu, kita hanya perlu mengetikannya saja di Mbah Google

Contohnya kita ingin mencari foto tentang sumbu filosofi

Dalam hitungan waktu 0.32 seconds atau kurang dari 1 detik kita sudah bisa mendapatkan hasil pencarian yang didalamnya memuat informasi foto tentang sumbu filosofi. Beberapa hasil merupakan website resmi seperti website milik pemerintah dan ada juga website milik blogger-blogger berjiwa budaya tinggi yang menyajikan informasi mengenai sumbu filosofi kota Yogyakarta.
sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id

Dalam website https://kebudayaan.kemdikbud.go.id kita bisa mengetahui apa sebenarnya sumbu filosofis itu.

Sumbu Filosofis Kota Yogyakarta

Dalam konteks kultural flosofis tata ruang Kota Yogyakarta yang membujur arah selatan – utara (Sumbu Filosofis) mempunyai makna filosofis yang sangat tinggi. Konfigurasi ruang di garis sumbu tersebut dilengkapi dengan elemen ruang baik bangunan Panggung Krapyak – Keraton Yogyakarta – Tugu. Sumbu tersebut merupakan gambaran konsep mikrosmos, yaitu alam kehidupan nyata yang menjadi laku peziarahan manusia. Secara paralel dalam konsep makrokosmos ada garis imajiner Selatan – Utara, yaitu Laut Selatan – Gunung Merapi. 
Secara filosofis dari Panggung Krapyak ke Keraton dan Tugu memberikan gambaran konsep sangkan paraning dumadi (dari mana asal manusia dan arah kemana yang akan dituju). Gambaran manusia dari embrional, lahir, berproses, berkembang, eksis, dan apda akhirnya kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Wow luar biasa bukan? Siapa sangka penempatan beberapa bangunan penting bersejarah yang kental akan unsur budaya yang ada di Yogyakarta yang dibuat segaris ternyata memiliki nilai filosofis yang sangat dalam. Saya yang tadinya tidak tahu, namun berkat adanya teknologi seperti ini bisa menjadi tahu dan mengerti akan nilai-nilai yang ada pada tata letak bangunan-bangunan tersebut. 

Selain dari website resmi milik kemdikbud terdapat juga website yang memuat informasi serupa bahkan lebih detail dengan bahasa yang lebih ringan dan mudah dimengerti yang disajikan oleh blogger dari dejogjaku.blogspot.com. Blog ini bisa dikatakan populer untuk kata kunci foto tentang sumbu filosofi karena berada di halaman satu mesin pencarian google. Blog dengan peringkat di halaman satu seperti ini memiliki peluang yang lebih besar untuk bisa dikunjungi oleh pembaca yang mencari informasi foto tentang sumbu filosofi.

Dalam proses seperti ini kita bisa tahu bahwa ada beberapa pihak yang akan mendapatkan manfaat. 
  • Pertama, dari para pembaca seperti saya yang memang sedang mencari mengenai informasi tersebut.
  • Kedua, dari penulis atau blogger yang memang memiliki keinginan untuk menyebar luaskan informasi yang dalam hal ini terkait dengan budaya.
Jadi secara tidak langsung terjadi pewarisan pengetahuan tentang budaya, dimana yang sebelumnya seseorang tidak tahu kemudian menjadi tahu dan paham akan nilai-nilai dari budaya tersebut. Saya yakin hingga kedepannya terus selagi website-website tersebut dapat diakses, anak cucu kita akan tetap mengetahui nilai-nilai dari budaya yang dituliskan, sehingga budaya tersebut akan tetapi terlestarikan.

2. Budaya + Game = ?

Siapa tidak suka bermain game? Semenjak era jess no limit menjadi top global banyak anak-anak bercita-cita menjadi atlit e-sport dimana hanya dengan bermain game kita bisa membeli ferrari. 

Lalu bagaimana jika Budaya Indonesia yang sangat kaya ini dikemas dalam bentuk yang ringan yang bahkan anak-anak ingin bersamanya selalu yakni dalam bentuk game? Yap ini sudah pernah dilakukan oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) yang menggandeng developer game lokal untuk membuat game yang mengenalkan Budaya Indonesia ke Mancanegara untuk menarik wisatawan.

Sumber Jawapos.com
Bukan hal mustahil jika dimasa depan hal seperti ini dimasukan kedalam kurikulum belajar di pendidikan dasar, jadi saya membayangkan ada satu sesi dimana anak-anak diperkenalkan menggunakan cara ini dan menjadi bahagia tapi pasti ada plus minus nya, nanti kita bahas ini diartikel yang lain yak hehe.

3. Youtube Lebih dari TV BOOMM!!

Sudah berapa tahun sejak diri ini menjadi pecandu TV ya? Masih ingat sekali ketika hari minggu kita rela bangun pagi untuk maraton nonton kartun. Tapi kebiasaan tersebut lambat laun berubah seiring dengan koneksi internet yang makin super cepat menjadikan kebanyakan orang lebih suka melihat tontonan dimedia online, seperti Youtube dari pada TV. Meskipun di Youtube terkadang tetap melihat acara ulang yang ada di TV tapi tetap lebih suka streaming dari pada menyalakan televisi. Faktor lain karena sekarang ini tontonan di TV sudah dikuasai oleh sinetron dan reality show semua, eh tapi kabari saya kalau sekarang sudah mulai berubah ya, maklum sudah lama tidak menonton TV. 

Dari hal diataslah bisa dikatakan pemikiran youtube lebih dari TV Boom muncul. Lalu apa hubungannya dengan budaya? Sekarang jika kamu ditanya apakah kamu tahu apa itu "aashiiaapp"? "Hiyahiyahiya"? Saya yakin sebagian besar dari kalian pasti tahu. Yap itu merupakan kata yang sering diucapkan oleh Youtuber indonesia, dari sini kita bisa tahu bahwa kita cenderung menirukan gaya bahasa yang diucapkan oleh youtuber idola kita. Betapa besar efeknya hingga terbawa kekehidupan sehari-hari kata-kata tersebut ketika berinteraksi dengan orang-orang yang ada disekitar kita.

Sumber Youtube.com Bayu Skak
Sekarang apakah kamu tahu siapa youtuber diatas? Yap benar sekali youtuber ini adalah Bayu Skak yang merupakan youtuber yang menggunakan bahasa Jawa dan logat Jawa Timur yang kental dalam setiap videonya. Dari sini secara tidak langsung anda akan paham beberapa kosa kata bahasa daerah yang sebelumnya tidak tahu hingga akhirnya bisa mengucapkannya. Dari sini bahasa daerah juga bisa tetap terlestarikan, mari bersama kita junjung Bahasa Daerah sebagai Indentitas Budaya Indonesia.

4. Indonesia Peringkat 1 Penggunaan Aktif Aplikasi Mobile

Berdasarkan laporan App Annie 2017 Retrospective: A Monumentral Year for the App Economy, dijelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu pengguna aplikasi mobile paling aktif di dunia. Lama penggunaan aplikasi mobile tersebut hampir mencapai 250 menit (atau lebih dari empat jam) dalam satu hari. 

Bagaimana tidak, bangun tidur saja yang dicari smartphone, naik kedaraan juga masih curi-curi untuk menggunakan smartphone pokoknya kemana-mana selalu bawa smartphone menjadikan hal wajar jika negara kita termasuk kedalam negara dengan penggunaan aplikasi mobile teraktif. 

Nah dari fakta diatas bisa ketahui bahwa orang indonesia sangat senang menggunakan aplikasi mobile. Jadi merupakan hal yang wajar jika informasi kebudayaan juga sudah mulai dibungkus se-apik mungkin dalam bentuk aplikasi mobile. Salah satu yang sudah menerapkannya adalah Dinas Kominfo DIY melalui aplikasi Jogja Istimewa. 

Jogja Istimewa App diklam sudah merangkum 97% Yogyakarta itu sendiri yang didalamnya terdapat beberapa fitur seperti :
  • Wisata Jogja
  • Kuliner Jogja
  • Hotel dan Penginapan di Jogja
  • Pusat Perbelanjaan Jogja
  • Ensiklopedia Tentang Warisan Budaya DIY
  • Kerajinan Jogja
  • Layanan Publik di Jogja
  • Informasi Jadwal Pesawat Terbang
  • Foto Panorama 360 derajat
  • TV & CCTV Streaming Jogja (CCTV Lalu lintas Jogja, CCTV Malioboro, CCTV Alun-alun, dll)
  • Jadwal Event menarik di Jogja

sumber Playstore Jogja Istimewa App
sumber Playstore Jogja Istimewa App

Karena rata-rata orang Indonesia hanya membaca dengan durasi waktu membaca per hari rata-rata 30-59 menit jadi kita sudahi saja artikel kali ini. Semoga bermanfaat dan sampai jumpa ditempat pelaksanaan acara. Oya mohon maaf jika blog ini ada iklannya, saya anak kos jadi mohon dimaklumkan hehe.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi Pagelaran TIK yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika DIY 2019”.

referensi : 
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/sumbu-filosofis-kota-yogyakarta/
https://dejogjaku.blogspot.com/2016/09/jogja-kota-yang-penuh-makna.html
https://www.jawapos.com/oto-dan-tekno/teknologi/23/08/2019/lewat-game-budaya-indonesia-dikenalkan-ke-mancanegara/
https://www.youtube.com/channel/UCJTUhLSdcnP92xb62hA8RFA
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/01/29/indonesia-tempati-peringkat-pertama-negara-teraktif-menggunakan-aplikasi-mobile
https://www.appannie.com/en/insights/market-data/app-annie-2017-retrospective/
https://nasional.kompas.com/read/2018/03/26/14432641/per-hari-rata-rata-orang-indonesia-hanya-baca-buku-kurang-dari-sejam
http://diskominfo.jogjaprov.go.id/jogja-istimewa-apps-
https://play.google.com/store/apps/details?id=id.go.jogjaprov.jogjaistimewa

Baca Juga ya


BAGIKAN
Previous
Next Post »
0 Komentar