Review Film Spirit Doll : Ketika Ratu Film Horor Memelihara Spirit Doll

Print Friendly and PDF 0 Viewers

Review Film Spirit Doll : Ketika Ratu Film Horor Memelihara Spirit Doll - "Spirit Doll" membawa penonton ke dalam kehidupan seorang artis dengan julukan ratu film horor bernama Dara Lazuardi, yang diperankan oleh Anya Geraldin. Dara, yang sedang berjuang untuk menata kembali kariernya dalam dunia film horor setelah mengalami perceraian dengan suaminya yang selingkuh, justru harus berhadapan dengan sebuah boneka yang dirasuki oleh roh jahat dari produksi film terbarunya.

Film ini memulai perjalanan dengan memperlihatkan proses pembuatan film horor, mulai dari pengambilan adegan terakhir, promo premier hingga pesta yang heboh. Ini membuka pertanyaan menarik tentang apakah produksi film sebenarnya seperti yang diperlihatkan dalam film ini, dengan euforia kerja, promosi, dan pesta. Apakah adegan-adegan tersebut terinspirasi dari kehidupan nyata? Pertanyaan yang menarik untuk diajukan.

Dalam hal ketegangan dan adegan horor, "Spirit Doll" menawarkan beberapa adegan yang berhasil membuat kita merasa ketakutan. Seperti ada adegan di mana karakter mbok ART mengambilkan boneka yang tiba-tiba bersebelahan dengan spirit doll, yang dibuat menyeramkan berkat akting mbok yang mampu membangun suasana seramnya. Begitu juga dengan adegan mas-mas tim salon 'melambai' yang bertugas mengeramasi boneka justru bernasib sial dihantui jempolnya putus digigit hantu dari spirit doll tersebut. 

Dan terakhir, adegan yang sangat menegangkan di mana kepala mbok ART ditemukan dalam kulkas setelah konfrontasi dengan hantu jahat, yang benar-benar menghadirkan elemen horor yang gore dalam film ini. Meskipun adegan horor dalam film ini tidak berlimpah, momen-momen yang telah disebutkan dirasa telah berhasil menciptakan ketegangan yang memikat orang yang menontonnya.

Penggambaran karakter dalam "Spirit Doll" seharusnya memiliki peran yang menarik dalam perkembangan cerita. Seperti Anya sebagai pemeran utama menghadirkan perasaan frustasi yang kuat pada awal film ketika dia berjuang untuk mengurus anaknya sambil mempromosikan filmnya. Namun, pengembangan karakternya selama film justru tidak terlalu jelas, cenderung monoton terlebih setelah tragedi yang menimpanya. Mbok ART mungkin adalah karakter yang paling berhasil dalam membangun suasana horor dalam film ini. 

Sebagian besar karakter lainnya juga sayangnya kurang berkesan, dan beberapa dari mereka bahkan terasa tidak relevan dan terkesan terlalu dipaksakan, seperti wanita yang memberi surat petunjuk dan wanita yang tiba-tiba ingin bermain dalam sekuel film.

Kesimpulan film ini terasa membingungkan ketika penonton bertanya-tanya siapa pelaku di balik semua peristiwa ini. Sayangnya, penjelasan yang ada tidak memuaskan dan terkesan dipaksakan. Karakter perempuan "Sagapung" yang muncul di akhir film sebagai pelaku juga terasa kurang.

Ada juga beberapa adegan yang terasa tidak masuk akal, seperti upaya untuk memusnahkan boneka dengan cara dibakar yang malah mengarah pada kebakaran besar, terasa agak berlebihan. Ditambah bentuk desain rumah dengan tangga tanpa teralis dan lantai atas tanpa pagar seolah-olah dibuat untuk mempermudah agar terjadi hal tragis.

Selain itu, film ini juga masih menghadirkan beberapa elemen horor klasik, seperti adegan kain melayang yang ketika dibuka ternyata tidak ada isinya, yang mungkin membuat beberapa penonton bisa menebak sehingga merasa bahwa film ini mengandalkan teknik lama.

Secara keseluruhan, "Spirit Doll" mungkin lebih cocok untuk mereka yang menginginkan horor yang tidak terlalu mengerikan. Meskipun film ini mencoba untuk mengeksplorasi tema-tema horor dan keanehan, pengembangan karakter yang lebih baik dan penjelasan plot yang lebih tajam mungkin akan membuat pengalaman menonton menjadi lebih memuaskan.

Baca Juga ya


BAGIKAN
Previous
Next Post »
0 Komentar